Silase dan Hay: Metode Pengawetan Pakan untuk Musim Kemarau – Musim kemarau sering menjadi tantangan besar bagi peternak, terutama yang mengandalkan pakan hijauan untuk ternaknya. Ketersediaan rumput segar menurun drastis, sehingga dibutuhkan strategi untuk memastikan kebutuhan nutrisi hewan tetap terpenuhi. Dua metode pengawetan pakan yang banyak digunakan adalah silase dan hay. Keduanya terbukti efektif dalam menjaga kualitas nutrisi hijauan, sekaligus memberi solusi praktis untuk menghadapi keterbatasan pakan di musim kemarau. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai metode silase dan hay, keunggulannya, serta cara penerapannya bagi peternak.
Silase: Fermentasi Hijauan untuk Pakan Bernutrisi
Silase adalah metode pengawetan pakan dengan cara memfermentasi hijauan dalam kondisi tanpa udara (anaerob). Teknik ini memungkinkan nutrisi dalam tanaman tetap terjaga, bahkan bisa bertahan hingga berbulan-bulan.
1. Prinsip Dasar Silase
Silase dibuat dengan menutup rapat hijauan segar dalam wadah atau silo sehingga mikroorganisme anaerob, khususnya bakteri asam laktat, dapat memfermentasi gula dalam tanaman menjadi asam laktat. Proses ini menurunkan pH dan mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk.
2. Bahan yang Cocok untuk Silase
Tidak semua hijauan cocok dijadikan silase. Beberapa jenis tanaman yang umum digunakan antara lain:
- Jagung (whole plant corn silage)
- Rumput gajah (napier grass)
- Sorghum
- Leguminosa (alfaalfa, lamtoro)
Tanaman dengan kadar gula tinggi lebih mudah difermentasi dan menghasilkan silase berkualitas baik.
3. Langkah Pembuatan Silase
- Panen hijauan saat kadar air 60–70%.
- Cacah menjadi potongan kecil (2–5 cm).
- Masukkan ke dalam silo, drum, atau plastik khusus dengan pemadatan maksimal.
- Tutup rapat agar udara tidak masuk.
- Fermentasi berlangsung 21–30 hari sebelum silase siap digunakan.
4. Kelebihan Silase
- Kandungan nutrisi relatif terjaga.
- Cocok untuk pakan ternak ruminansia seperti sapi dan kambing.
- Lebih tahan lama dibanding rumput segar.
- Palatabilitas (tingkat kesukaan ternak) tinggi karena aroma asam segar.
5. Kekurangan Silase
- Membutuhkan bahan penunjang (plastik, silo, atau drum).
- Jika proses fermentasi gagal, silase bisa berbau busuk dan berjamur.
- Tidak semua peternak familiar dengan teknik ini.
Hay: Mengeringkan Hijauan untuk Stok Musim Kemarau
Hay adalah hijauan yang diawetkan dengan cara dikeringkan hingga kadar airnya rendah, biasanya sekitar 10–15%. Proses ini mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk sehingga hijauan dapat disimpan dalam jangka panjang.
1. Prinsip Dasar Hay
Pengawetan hay bertumpu pada pengeringan cepat. Dengan kadar air rendah, aktivitas mikroba terhambat sehingga nutrisi tetap terjaga. Pengeringan bisa dilakukan secara alami (dijemur di bawah sinar matahari) atau dengan mesin pengering.
2. Bahan yang Cocok untuk Hay
Rumput dan leguminosa menjadi bahan utama pembuatan hay. Beberapa jenis populer adalah:
- Rumput gajah mini
- Rumput setaria
- Leguminosa seperti lamtoro atau kaliandra
Tanaman dipanen saat masih muda agar kandungan protein tinggi dan serat kasar rendah.
3. Langkah Pembuatan Hay
- Panen hijauan pada pagi hari setelah embun hilang.
- Potong menjadi ukuran sedang.
- Keringkan di bawah sinar matahari 2–3 hari atau hingga kadar air turun drastis.
- Balut dan simpan di tempat kering, teduh, serta terhindar dari kelembapan.
4. Kelebihan Hay
- Proses relatif mudah dan murah.
- Tidak memerlukan peralatan khusus.
- Dapat disimpan dalam jangka waktu lama (hingga 1 tahun).
- Memudahkan transportasi karena bobot lebih ringan dibanding hijauan segar.
5. Kekurangan Hay
- Kandungan nutrisi bisa menurun jika pengeringan terlalu lama.
- Bergantung pada cuaca; jika hujan, proses pengeringan akan terganggu.
- Jika kadar air masih tinggi, hay mudah berjamur dan membusuk.
Perbandingan Silase dan Hay
Keduanya memiliki tujuan sama, yaitu menjaga ketersediaan pakan saat musim kemarau, tetapi metode dan hasilnya berbeda.
Aspek | Silase | Hay |
---|---|---|
Metode | Fermentasi anaerob | Pengeringan hingga kadar air rendah |
Kadar Air | 60–70% saat disimpan | 10–15% |
Umur Simpan | 6–12 bulan | Hingga 1 tahun |
Nutrisi | Relatif stabil, energi tinggi | Bisa menurun jika kering terlalu lama |
Kebutuhan Alat | Silo, plastik, atau drum | Jemur atau mesin pengering |
Palatabilitas | Disukai ternak karena aroma asam | Disukai tetapi bisa kurang segar |
Kesimpulan
Musim kemarau tidak lagi menjadi hambatan serius bagi peternak yang memahami teknik pengawetan pakan. Silase dan hay merupakan dua metode efektif untuk memastikan ketersediaan hijauan tetap terjamin sepanjang tahun. Silase unggul dalam menjaga kandungan energi dan cocok untuk skala peternakan menengah hingga besar, meskipun membutuhkan teknik khusus. Sementara itu, hay lebih sederhana, murah, dan praktis bagi peternak kecil, meski kualitas nutrisinya bisa terpengaruh oleh cuaca.
Keduanya bisa menjadi solusi saling melengkapi: silase untuk menjaga pakan berkualitas tinggi, dan hay sebagai cadangan praktis saat kemarau panjang. Dengan memahami serta menerapkan metode ini, peternak tidak hanya mampu menjaga kesehatan ternak, tetapi juga meningkatkan efisiensi usaha peternakan secara keseluruhan.